Tragedi Sukhoi Superjet 100 pada Rabu, 9 Mei 2012 lalu, masih melekat dalam ingatan. Ada 45 penumpang dan awak pesawat yang meninggal dunia seketika waktu pesawat itu menabrak dinding Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.
Sebulan berlalu baru diketahui biang musibah itu adalah kurangnya panduan dari pengawas udara di Menara Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta. Padahal, si pilot Aleksandr Yablontsev, asal Rusia, tidak paham akan medan di daerah Gunung Salak.
Begini komunikasi terakhir Sukhoi nahas itu dengan menara Terminal East, Bandar Udara Soekarno-Hatta, berdasarkan rekaman yang diperoleh Tempo:
Yablontsev (Y): Tower 36801 good afternoon, establish Radial 200 degrees VOR ten thousand feet.
Petugas menara berinisial N (N): RA-36801radar contact, maintain ten thousand proceed area.
Y: Maintain level 10.000 feet 36801.
(Kala itu, jam menunjuk angka 14.24. Sekitar 12 menit setelah Superjet 100 lepas landas dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Superjet 100 pun mengarah ke Pelabuhan Ratu. Lokasi tujuan yang memang sudah direncanakan sebelumnya.)
Y: Tower, 36801 request descend 6.000 feet.
(Superjet sudah dua menit mengudara di ketinggian 10 ribu kaki.)
N: 36801, say again request.
(Yablontsev mengulangi permintaannya untuk turun ke 1.828 meter di atas permukaan laut.)
N: OK, 6.000 copied.
Y: Descend to 6.000 feet, 36801.
(Setelah itu, N kembali sibuk melayani 13 pilot yang meminta turun, orbit, atau naik. Semua dia lakukan sendiri, tanpa asisten.)
Y: Tower, 36801 request turn right orbit present position.
(Permintaan belok kanan itu diajukan Yablontsev pukul 14.28.)
N: RA-36801 approve orbit to the right six thousand.
(N langsung mengiyakan permintan Yablontsev sebelum menanyakan alasannya.)
Usai permintaan itu, tak ada lagi komunikasi. Sekitar lima menit usai pembicaraan itu, Sukhoi menghantam Gunung Salak. Petugas baru sadar 24 menit kemudian. Tak ada Sukhoi pada layar radar.
N: RA-36801…RA-36801…RA-36801…
Tiga kali Sukhoit dipanggil, tapi tak ada lagi jawaban. Hening…. kabarnya kata – kata terakhir yang terekam dari suara pilot adalah “ Ya Tuhan Apa Ini!”
Inilah yang diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Rusia tersebut. Bahkan menurut penuturan tempo.co petugas di Cengkareng–pengatur senior lalu lintas udara, yang demi keamanan namanya disingkat N, hingga kini belum diizinkan lagi memandu pesawat. Ia sempat dirawat dua hari di Rumah Sakit Mayapada, Tangerang, karena depresi.
sumber : tempo.co